Ketika terbangun dari mimpi, sering kutenggelam dalam tanya. Apakah kau benar-benar masuk dalam mimpiku? Adakah kau rindu padaku, seperti rinduku yang membuncah padamu? Bagaimana kau di sana? Sedang apa di sana? Bahagiakah, atau sedihkah engkau?
Masihkah kau menunggu lelaki itu? Jangan, jangan menunggunya. Aku tak mau melihatmu mengharapkannya memelukmu saat ini. Biarkanlah kesepian membungkusmu hangat, sekali-kali kau harus merasakannya. Seperti diriku yang tercekat ketika kau pergi dalam sekejap.
Aku? Aku baik-baik saja di sini. Meski setiap mengenangmu, mataku berair secara otomatis. Mengingat cara pergimu yang begitu tragis. Tanpa pamit, dan pergi begitu saja.
Semoga untaian kata ini bisa membawa berita. Sekaligus pengganti doa.
Aku? Aku baik-baik saja di sini. Meski setiap mengenangmu, mataku berair secara otomatis. Mengingat cara pergimu yang begitu tragis. Tanpa pamit, dan pergi begitu saja.
Semoga untaian kata ini bisa membawa berita. Sekaligus pengganti doa.
Untuk wanita teristimewa, yang selalu aku rindukan.
Lekaslah kembali, aku merindukanmu.
