Setiap kali ada kamu di sekitarku, aku tak sengaja berharap hujan akan turun dengan sangat deras. Aku tak sengaja pelan-pelan merapalkan doa, diam-diam menunduk khusuk, hanya supaya takdir berkenan menurunkan hujan lebih lama dan lebih lama lagi.
Ketika bersamamu, aku ingin hujan selalu berebutan untuk turun, sebab aku tak tahu lagi dengan cara apa harus menahanmu agar tetap berada di sekitarku.
Jika aku meminta langsung padamu untuk menemaniku? Memangnya siapa aku? Maka kurasa itulah satu-satunya cara agar bisa memandangimu sedikit lebih lama dari yang seharusnya.
Aku suka berbicara denganmu, sekadar menghabiskan hari menunggu hujan reda. Aku suka mendengar suaramu, menyimak semua ceritamu, bahkan sekadar memandangimu, meski diam-diam saja aku sudah cukup bahagia.
Melihat senyummu yang menenangkan. Memperhatikan gurat wajahmu yang menyenangkan. Menyimpan rapat-rapat semua ekspresi dan kata-katamu di dalam hati juga pikiran.
Tak apa meski kamu lebih ingin berbicara dengan yang lain. Tak apa meski kamu seolah enggan berbicara panjang lebar bersamaku. Sudah kubilang, kan? Ada kamu di sekitarku saja, cukup.
Bisa mendengar suaramu diiringi debaran jantungku yang seolah berpacu dengan rintik hujan yang semakin deras saja sudah lebih dari cukup.
Bersamamu dalam hujan, rasanya aku tak membutuhkan apa-apa lagi.