Monday, December 10, 2012

Percayalah

Ketika senyum tulusmu tak terbalaskan.. Maka percayalah bahwa Allah akan selalu tersenyum kepadamu.

Ketika tegur sapamu diacuhkan.. Maka percayalah bahwa Allah akan selalu menyambut bait-bait doamu.


Ketika perhatianmu disia-siakan.. Maka percayalah bahwa Allah akan selalu menyertai dalam setiap langkahmu.

Ketika kepercayaan yang engkau titipkan dikhianati.. Maka percayalah bahwa Allah akan selalu menepati janji-janji-Nya.

Ketika kesetiaan yang engkau berikan diduakan.. Maka percayalah bahwa Allah akan selalu mendengarkan keluh kesahmu.

Dan ketika ungkapan kasih sayang sucimu diabaikan.. Maka percayalah bahwa Allah akan memberimu pengganti yang lebih baik di masa datang.

Sesungguhnya apapun keinginan kita yang belum bisa diraih sekarang, percayalah cepat atau lambat Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita. 

Percayalah, karena Dia adalah sebaik-baiknya penulis skenario kehidupan bagi semua makhluk-Nya.. 

Friday, November 16, 2012

Bersamamu Dalam Hujan

Setiap kali ada kamu di sekitarku, aku tak sengaja berharap hujan akan turun dengan sangat deras. Aku tak sengaja pelan-pelan merapalkan doa, diam-diam menunduk khusuk, hanya supaya takdir berkenan menurunkan hujan lebih lama dan lebih lama lagi.

Ketika bersamamu, aku ingin hujan selalu berebutan untuk turun, sebab aku tak tahu lagi dengan cara apa harus menahanmu agar tetap berada di sekitarku.

Jika aku meminta langsung padamu untuk menemaniku? Memangnya siapa aku? Maka kurasa itulah satu-satunya cara agar bisa memandangimu sedikit lebih lama dari yang seharusnya.

Aku suka berbicara denganmu, sekadar menghabiskan hari menunggu hujan reda. Aku suka mendengar suaramu, menyimak semua ceritamu, bahkan sekadar memandangimu, meski diam-diam saja aku sudah cukup bahagia. 

Melihat senyummu yang menenangkan. Memperhatikan gurat wajahmu yang menyenangkan. Menyimpan rapat-rapat semua ekspresi dan kata-katamu di dalam hati juga pikiran.

Tak apa meski kamu lebih ingin berbicara dengan yang lain. Tak apa meski kamu seolah enggan berbicara panjang lebar bersamaku. Sudah kubilang, kan? Ada kamu di sekitarku saja, cukup. 

Bisa mendengar suaramu diiringi debaran jantungku yang seolah berpacu dengan rintik hujan yang semakin deras saja sudah lebih dari cukup.

Bersamamu dalam hujan, rasanya aku tak membutuhkan apa-apa lagi.


Tuesday, June 26, 2012

Ketika Aku Mencintaimu (2)

Saat pertama pertemuan itu, mata dan senyumanmu tak berarti apapun. Dengan suara renyah khas ditambah tutur kata lembutmu, bukan alasan bagiku untuk tersenyum. Namun semua mengalir begitu saja. Kita menghabiskan waktu bersama, tertawa bersama, tanpa menyadari bahwa cinta datang perlahan dengan sembunyi-sembunyi untuk menyergap dibalik punggungku. Di balik canda tawa itu, benih cinta mulai tertanam menyusup tanpa ragu mengisi relung hatiku yang kosong.

Caramu menatap, caramu berbicara, caramu mengungkapkan pendapat, bahkan sampai caramu tertawa, telah terekam begitu tajam dalam ingatan, dan tak bisa kuhadapi lagi dengan santai. Aku begitu terhipnotis saat bibirmu melengkung tersenyum. Pembicaraan biasa pun menjadi pembicaraan yang begitu menyenangkan hati. Aku pun menjadi bertanya, mungkinkah kamu yang mengubah hari-hariku belakangan ini?

Namamu seketika menjadi selalu kuselipkan disetiap untaian doa yang kupanjatkan. Tanpa kusadari, aku menjadi begitu senang mengikuti berbagai keseharianmu. Bahkan dirimu beberapa kali hadir di dalam bunga tidurku, membuat mimpi menjadi begitu indah. Hari-hariku kini terisi oleh kehadiranmu, otakku pun tak mau berhenti untuk memikirkanmu, bahkan di hatiku ini mungkin akan tertulis namamu begitu besar dan nyata. Mungkin memang terlihat berlebihan, namun bukankah setiap insan yang jatuh hati merasakan hal yang seperti aku rasakan ini?

Kini setiap kali kita berbincang, aku menjadi ragu untuk menatapmu. Seketika tubuhku kaku, otakku tak bekerja, dan jantung bekerja lebih keras ketika melihat wajahmu. Entahlah apa yang sebenarnya sedang terjadi. Sepertinya Tuhan telah menciptakan makhluk yang satu ini untuk membuatku seperti berada di dalam surga. Begitu indah walaupun kau belum pernah merasakan masuk ke dalamnya.

Ah sudahlah, mungkin memang sepertinya aku mencintaimu...




~untuk kamu, yang belum menyadari perasaanku.

Saturday, March 10, 2012

Cepatlah Pergi!



Teruntuk kamu, yang sekarang mengisi penuh hati ini.
Kapankah kamu mau meninggalkan rasa sesak di hati ini? Menjauh sana! Pergi! Aku sangat berharap kalau kamu tak kembali lagi!


Meski sebetulnya aku tahu, kamu tak akan bisa pergi dengan sendirinya. Kamu hanya bisa diusir dengan keberadaan rasa suka, dan dengan kembalinya rasa bahagia. Kalau para perasa itu datang, kamu pasti akan beranjak pergi dengan sendirinya. Bahkan tanpa perlu aku suruh.

Saat ini kamu masih mengisi ruang yang sudah sesak di hati ini. Kamu tak mau mengalah, membiarkan para perasa untuk datang dan mengusirmu. Aku jadi sebal. Dengan adanya kamu, pikiranku selalu terbawa ke masa lalu, mengingat-ingat cerita lama, yang ujung-ujungnya hanya akan membuat kamu semakin betah menyesakkan hati.

Ayolah, segeralah kamu lepaskan perekatmu! Aku tak ingin kamu ada lagi di sini. Aku ingin si suka dan si bahagia yang menggantikan kamu. Aku ingin mereka yang merekatkan jemari mereka di hati ini.

Kepada rasa sepi, kumohon sekali lagi. Cepatlah pergi!

Friday, February 17, 2012

Karena Aku Mencintaimu Tanpa Batas

Pada akhirnya, kita mengartikan cinta dengan cara masing-masing,
kemudian memilih pergi dengan bahagia masing-masing.
Jika pergiku bisa menerbitkan senyummu,
mungkin menghilangnya aku bisa membahagiakanmu.

Tidak perlu harus dimengerti perpisahan ini jika hanya menyakitkan hati.
Ternyata aku hanya bagian dari perjalananmu, bukan tujuanmu.
Mungkin sesalku, tak pernah mengembalikanmu.
Karena waktu tidak pernah mengerti kenapa aku masih menyimpan cinta ini.

Dulu luka dan sedihmu aku khawatirkan,
tapi sekarang menjagamu bukan tugasku lagi.

Coba saja kamu menjadi aku, betapa sulitnya meminta cinta darimu.
Kamu coba saja bunuh rinduku, karena aku masih punya sejuta rindu lagi untukmu.

Bilang sama Tuhanmu, aku tidak akan menyerah mencintaimu.
Di banyak hari setelah kamu, aku hanya perindu bodoh tanpa harapan.
Kalau aku nanti bilang "aku bahagia melihat kamu sama dia",
tolong jangan percaya, itu artinya aku masih cinta.

Yang aku sesalkan, kamu yang tak ingin diperjuangkan.
Yang aku takutkan, kamu menjadi yang akan sulit aku tinggalkan.

Terkadang cinta menjadi alat seseorang untuk menyakiti kita.
Aku, hanya salah satu bintang. Kamu, semesta yang kurindukan.

Ingin sekali membuatmu bahagia, tapi kamu tak pernah mengizinkannya.
Paling tidak aku pernah membuatmu bahagia,
meski pada akhirnya kamu memilih bahagia yang lainnya.

Aku yang selalu kurang di matamu ini,
sesungguhnya sangat berlebihan mencintaimu.

Aku dan kamu di dalam sesuatu yang entah apa namanya.
Tak perlu diingat. Tak perlu dilupakan.

Kelak kita sadar cinta akan menemukan arahnya, sepertinya kita sudah sepakat.
Hati bukanlah tempat bermain yang tepat.
Bagiku kamu adalah segalanya, bagimu aku hanya sekedarnya.

Membahagiakanmu sudah bukan lagi tugasku, tapi keinginanku.
Coba bunuh saja rindu-rinduku, aku sendiri menginginkannya mati.

Namun itu semua akan percuma.
Karena aku mencintaimu tanpa batas.