Saat pertama pertemuan itu, mata dan senyumanmu tak berarti apapun. Dengan suara renyah khas ditambah tutur kata lembutmu, bukan alasan bagiku untuk tersenyum. Namun semua mengalir begitu saja. Kita menghabiskan waktu bersama, tertawa bersama, tanpa menyadari bahwa cinta datang perlahan dengan sembunyi-sembunyi untuk menyergap dibalik punggungku. Di balik canda tawa itu, benih cinta mulai tertanam menyusup tanpa ragu mengisi relung hatiku yang kosong.
Caramu menatap, caramu berbicara, caramu mengungkapkan pendapat, bahkan sampai caramu tertawa, telah terekam begitu tajam dalam ingatan, dan tak bisa kuhadapi lagi dengan santai. Aku begitu terhipnotis saat bibirmu melengkung tersenyum. Pembicaraan biasa pun menjadi pembicaraan yang begitu menyenangkan hati. Aku pun menjadi bertanya, mungkinkah kamu yang mengubah hari-hariku belakangan ini?
Namamu seketika menjadi selalu kuselipkan disetiap untaian doa yang kupanjatkan. Tanpa kusadari, aku menjadi begitu senang mengikuti berbagai keseharianmu. Bahkan dirimu beberapa kali hadir di dalam bunga tidurku, membuat mimpi menjadi begitu indah. Hari-hariku kini terisi oleh kehadiranmu, otakku pun tak mau berhenti untuk memikirkanmu, bahkan di hatiku ini mungkin akan tertulis namamu begitu besar dan nyata. Mungkin memang terlihat berlebihan, namun bukankah setiap insan yang jatuh hati merasakan hal yang seperti aku rasakan ini?
Kini setiap kali kita berbincang, aku menjadi ragu untuk menatapmu. Seketika tubuhku kaku, otakku tak bekerja, dan jantung bekerja lebih keras ketika melihat wajahmu. Entahlah apa yang sebenarnya sedang terjadi. Sepertinya Tuhan telah menciptakan makhluk yang satu ini untuk membuatku seperti berada di dalam surga. Begitu indah walaupun kau belum pernah merasakan masuk ke dalamnya.
Ah sudahlah, mungkin memang sepertinya aku mencintaimu...
~untuk kamu, yang belum menyadari perasaanku.